Jumat, 29 April 2005

Persahabatan

"Ok, please to prepare the Meeting Presentation’s for next week. Bye” !!, Dosen speaking mengucapkan kalimat terkhir itu sebelum ia meninggalkan ruang. Aku segera bergegas keluar dari kelas menuju ke kantin. “Hai Ka, Zit…..gimana gak ada kuliah hari ini ?” Tanyaku pada dua sohibku. “Apa gak liat nih..? Kita lagi feminim, lagi pakai rok dan cantik seperti ini kok dibilang gak ada kuliah ? Kita kan barusan selesai Praktek Kesekretariatan. Nah kamu ngapain ke sini ? Jangan bolos lho, entar kuliah gak kelar-kelar”. Jawab Eka. Oke, Boss….aku baru aja selesai kuliah speaking, gila nih, aku pikir-pikir beban kita mendekati Tugas Akhir malah banyak yach? Terlalu banyak mata kuliah yang harus dipresentasikan. Masak, speaking aja juga minta Meeting Presentation ?” jawabku. Ha..ha…iya aku bisa stress, tapi sekarang kita makan dulu, kita ke Kos aku yukkk….tidur siang dulu, atau dengerin radio dulu, dan kalian bisa cuci muka atau sekedar istirahat.” Jawab Zita.

Aku dan dua sohibku beranjak dari kantin setelah kami menyelesaikan makan siang. Dan kami pergi ke Kos Zita yang letaknya dekat dari kampus.
“Zit, kamu rencana ngapain nih selesai kuliah..?” Tanya aku memulai percakapan di kos itu. “Aku gak tahu, yang pasti cari kerja” jawab Zita. Iya, kita semester ini kan udah kelar kuliahnya, tapi kita masih harus meninggalkan satu mata kuliah ujian negara. Memang lebih baik kita kerja dulu, sambil menunggu ujian negara dan pendaftaran wisuda, sahutku. “Kalian berdua enak yach, udah selesai semua. Aku sendirian yang harus tinggal, gara-gara Bahasa Jepang III aku mengulang.” Jawab Eka. “Udah lah ka, kan cuman Jepang…dan satu mata kuliah lain, aku rasa kamu bisa cepat kok menyelesaikannya. Kita harus tetap saling berkomunikasi yach, walau nanti kita udah kerja, dan punya kesibukan sendiri-sendiri.” Jawabku.

Itulah masa-masa dimana kami bertiga menjalani masa kuliah bersama-sama, berbagi cerita, berbagi kesedihan, berbagi suka. Kami isi bersama dengan keceriaan, belajar satu sama lain, mengisi satu sama lain. Terkadang ada sedikit perselisihan, tapi kami dapat menyelesaikannya dengan cepat.

Waktu semakin cepat berlalu. Aku, Zita, dan Eka telah mempunyai kesibukan sendiri-sendiri. Aku telah bekerja pada suatu Universitas swasta, Zita telah bekerja di dunia Entertainment yaitu di sebuah Radio swasta, dan Eka bekerja di sebuah perusahaan swasta.

“Ka, gimana…kita wisudanya jadi bersamaan kan ?”tanyaku. “Iya nih, jadi Juni besok, Zita juga, jawab Eka. “Kalau gitu kita ketemu dulu yach sebelum acara wisuda itu..? Kan kita ada perpisahan dengan dosen-dosen sekretaris..?, jawabku. “Iya deh, di rumahku yach..? kalau perlu harus menginap, aku kangen banget..ingin cerita-cerita. Aku hubungin Zita yach kalau hari Sabtu ini kita ketemu di rumahku. Jawab Eka.

Wisuda telah berlangsung, aku merasa senang dapat menyelesaikan kuliahku, dan kulihat keceriaan itu juga terlihat di mata dua sahabatku. Acara wisuda berlangsung dengan lancar, tapi karena banyak kerumunan orang, aku tidak bisa berkomunikasi banyak dengan Eka dan kedua orang tuanya.

Dua bulan setelah wisuda berlalu, aku menerima sms dari Eka, dia hanya mengatakan bahwa dia pusing mungkin karena darah rendah, Eka meminta saran obat untuk menghilangkan darah rendah itu. Heran, rasanya aku hanya berpikir bahwa sohibku satu ini mempunyai penyakit yang biasa. Dan karena kesibukanku aku tidak sempat say hello di telepon atau datang ke rumahnya. Yach aku merasa bahwa kami bertiga melupakan komitmen kami dulu. Aku merasa bahwa kami bertiga terlalu tenggelam dan sibuk dengan dunia kerja kami sendiri-sendiri. Semenjak kuliah hingga kami bekerja itu adalah waktu panjang yaitu satu tahun, tapi kami hanya empat kali bertemu, itupun pada event-event tertentu.

Malam, tanggal 29 Oktober 2002 jam 21.18 ,ketika aku hendak membaringkan tubuhku Hp ku berbunyi, dengan Informasi yang seakan gak bisa aku percaya. “Rin, kamu dah tahu Eka meninggal ? rencananya besok aku sama anak-anak mau melayat habis magrib. Kamu ikut ?, salam Uci” Otakku tidak mau berpikir cepat, aku bingung Eka siapa? Kalau Eka-ku itu tidak mungkin, masak Eka-ku meninggal, dan orang yang tidak dekat aja tahu, sedangkan aku gak tahu?. Aku segera menghubungi HP Eka, ternyata…yang menerima Mamanya dan mengiyakan tentang kebenaran kabar itu. Aku tidak bisa menahan segala kesedihan ini, aku langsung menelepon Zita untuk mengungkapkan yang terjadi. Dan ternyata Zita sama sekali tidak tahu akan hal ini juga.

Terakhir saat aku ke rumahnya dan mengetahui bahwa Eka meninggal karena Tipes yang sudah menyerang otaknya, aku sadar bahwa persahabatan harus tetap dibina, dan tetap dipupuk walaupun kesibukan selalu hadir dalam hidup. Aku sadar bahwa aku egois dengan tidak say hello pada dua sohibku ini, hingga aku merasa kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam hidupku. Kehilangan “Sahabat”. Aku tahu aku kehilangan eka, dan aku sadar aku tidak bisa memutar waktu kembali untuk melihat wajah terakhirnya, tapi aku masih punya Zita. Aku berharap Tuhan memberikan istirahat yang tenang untuk Eka, dan mengampuni segala dosanya selama hidup di dunia ini.Dan aku ingin tetap mengetahui kabar Zita, kepergian eka menyadarkan aku untuk selalu menjaga persahabatan ini.

Pesanku kepada para pembaca, jagalah persahabatan hingga kalian mempunyai anak cucu, atau sampai meninggal. Mencari sahabat yang mengerti diri kita itu lebih sulit, mencari musuh itu lebih mudah. Dan hendaklah kita semua selalu menerapkan persahabatan tanpa pandang agama, suku, ras ataupun golongan.


Kutulis untuk sahabatku “Eka”
27 Maret 2003

Tidak ada komentar:

Posting Komentar