Rabu, 06 Juli 2005

Orang ketiga

Suara gemerisik itu semakin membahana, berjalan senada dengan petir, seolah-olah musik yang mengalun adalah kemarahan dan kepedihan hati, seperti perasaan-perasaan yang berkecamuk dalam diri Ance.
“Honey, wajah kamu kelihatan murung seperti lukisan tanpa warna, yach malam ini tidak ada senyum mungil yang aku nikmati setiap harinya” ucap Ray suami Ance. “Really babe ? aku akan senyum, lihat nih aku senyum hanya untukmu babe, seuntai senyum kebahagiaan karena aku memiliki suami yang memahami setiap perasaan yang tercipta dari diriku. Jawab Ance sambil memberikan senyum yang dipaksakan. Ray tidak berkata apa-apa lagi, dia hanya memberikan pelukan dan membawa Ance dalam buaian mimpi indah, Ance merasakan sesak, dan tiada terasa air mata yang ditahannya menetes ..jatuh seperti derasnya hujan yang turun malam itu.

== ## ==

“Tom, aku ingin hidup bahagia dengan suamiku, aku ingin memberikan dia keturunan, aku mencintai dia seperti aku mencintai diriku sendiri, lebih besar dari sesuatu yang ada di bumi ini.” Ucap Ance membuka percakapan dengan Tom. Tom adalah Marketing Manajer Perusahaan yang bekerjasama dengan Perusahaan tempat Ance bekerja.
“Aku tidak pernah melarang kamu untuk mencintai dia, suamimu. Tetapi ijinkan aku untuk mencintaimu, berikan aku kesempatan untuk merasakan kasih sayangmu juga sedikit kehangatan cinta yang kamu berikan kepada suamimu” jawab Tom.
“Tom,..kamu sadar atau tidak ? ini salah, aku perempuan yang mempunyai suami, dan kamu laki-laki yang mempunyai istri juga anak. Kedekatan yang tanpa sengaja terjadi dan alur panjang yang berjalan dengan sendirinya itu juga suatu kesalahan, apalagi pautan rasa yang kamu tuntut, dan bibir yang pernah tersentuh ini suatu noda. Yach walaupun hanya bibir kebisuan yang akhirnya tercipta dengan diam dalam ketidakjujuran”. Sahut Ance dengan nada kemarahan.
“Lalu sekarang apa yang kamu inginkan dari aku ?..jujur aku akui ,aku tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan rindu akan dirimu ini begitu mencekam, semakin aku mencoba melupakan kamu, semakin haus dahagaku untuk bertemu denganmu. Jawab Tom dengan perasaan gundah.
“Aku ingin kita berjalan sebagaimana mestinya, menempatkan diri pada letak yang sesungguhnya. Aku sebagai Marketing Staf yang harus menghormati kamu sebagai Marketing manajer rekan kerja pimpinan aku. Jangan perlakukan aku secara istimewa atau berlebihan, jangan lagi meminta waktu pada pimpinanku untuk bertemu secara personal dengan aku, biarlah kita bertemu hanya karena hubungan kerja” ucap Ance dengan penuh kesungguhan.
“Dengan berat hati aku terima, karena ini sudah menjadi hakmu untuk mengambil keputusan dan kewajibanku untuk menghargai keputusan itu. Aku akan coba belajar melupakan perasaan yang pernah mengalir bagai gelombang yang tidak bisa terbendung, aku akan coba untuk mengendalikan gelombang itu.” Jawab Tom
“Terima kasih, akan lebih indah rasanya jika kita berjalan selayaknya seorang sahabat, dan berdampingan sebagaimana rekan kerja. Dan….memang, gelombang dalam hatimu harus dikendalikan, biarkan gelombang cinta yang mengalir tetap untuk istri dan anak-anakmu. Mereka lebih membutuhkan kamu, mereka mengharapkan kembali cinta Papa mereka yang sempat hilang”. Ucap Ance.
Ance dan Tom meninggalkan restorant itu dalam hening, mereka menuju mobil masing-masing. Keceriaan dan senyum mengembang terbias dari wajah Ance, begitu juga Tom, walaupun perasaan Tom serasa pecah bagai kepingan kaca, tapi dia mengerti bahwa itu keputusan yang terbaik. “Ance… terima kasih telah kau ajarkan aku arti cinta yang sesungguhnya, juga arti pertemanan. Cinta yang tidak terdasar atas nafsu ingin menjamah, atau hasrat untuk memiliki utuh. Terima kasih atas pelajaran berharga ini dan keputusan yang membuat aku sadar untuk lebih mencintai buah hatiku, menerima kekurangan dan kelebihan istriku, yang pernah aku puja sebelum menikahinya.” Gumam Tom selama perjalanan pulang.

== ## ==

“Hey..hey..hey…my honey looks so nice tonight ! Really, kamu kelihatan cantik dengan senyum dan keceriaan yang tidak aku temukan kemarin malam”. Ray menarik Ance seraya memeluknya dengan erat. “Terima kasih babe, rayuannya sudah dulu dong…mandi sana!!!” Jawab Ance dengan penuh keriangan.

Dan ketika gerimis itu berhenti, kegilaan yang pernah tercipta juga berhenti
Memilih antara cinta sejati dan cinta duniawi
Berjalan dalam lorong-lorong gelap dengan kebohongan
Cinta yang mulai luntur dan berjalan tidak pada jalurnya
Andai saja kau tahu,…dustaku dapat menyakiti hatimu
Hati yang mulai bercabang dengan kesombongan menaklukan kaum Adam
Ternyata menimbukan percik api yang sulit dipadamkan, hingga aku lelah
Akhirnya sang waktu mulai menegur dengan sapaan-sapaan halusnya
Di saat nafsu mulai meneriakkan betapa cinta itu membingungkan
Nurani menuntunku kembali kepadamu, kepada cintaku yang sesungguhnya
Dan cinta membuatku mengingat pengorbanan, kesetiaan dan penghiburan yang selalu kau beri untukku.
Cintaku…tetap untukmu, hingga rambut ini mulai memutih
Hingga seluruh kulit tubuh mulai keriput, dan ajal merenggutku.

Ance lekas meletakkan buku harian hatinya rapat-rapat, ketika Ray memasuki kamar.
“Kau memikirkan sesuatu ?” tanya Ray. “Tidak, aku hanya memikirkan kapan kita punya anak?” jawab Ance.
“Biarlah semua berjalan dengan sendirinya, hanya sang waktu yang bisa menjawab nanti”. Sahut Ray.
“Setidaknya kita harus berusaha babe…ke Dokter sekedar mengetahui kondisi kesehatan kita berdua”, jawab Ance.
“Aku tidak pernah menuntut kamu untuk segera memberikan aku buah hati kan ? Jalinan kasih Rumah tangga bukan berdasar keberadaan buah hati, honey. Berdoalah saja, biarkan satu tahun ke depan lewat lagi, sampai kau benar-benar menemukan cinta dalam diri kita masing-masing”. Ucap Ray.
“Betapa perasaan ini sangat mencintaimu dan semakin mencintaimu, aku ingin memberikan keturunan dari benihmu, aku ingin berkata dengan bangganya pada setiap orang … ini anak dari suamiku, yang terlahir dari bibit kesetiaan. Tidak akan pernah lagi kubiarkan orang ketiga mencoba mengambil bagian cintamu yaitu jiwaku dan tubuhku, yang kaubanggkan di setiap desahan nafasmu. Maafkan aku cintaku, aku berjanji pada mentari untuk selalu berada di sisi dengan kewibawaan sejati sebagai istri yang setia dan bertanggungjawab” gumam Ance dalam hati.
“Apa ucapanku salah, honey ?” tanya Ray. “Emm.. tidak…aku hanya rindu melewatkan malam ini dengan semua pelukan dan rayuanmu” jawab Ance seraya menarik Ray untuk beranjak menuju peraduan cinta mereka.

13 Maret 2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar